BARANGSIAPA MENGANDALKAN ALLAH DIA BENAR KUAT DAN TERCUKUPI
Nabi s.a.w bersabda: “Niat sesaorang mukmin lebih baik dari amal perbuatannya” Oleh sebab itu, niat itu mendapat pahala tanpa amal, sedangkan amal tanpa niat tidak ada pahalanya

Selasa, Januari 31

ketergantunganmu kepada manusia

Tak ada yang menjauhkanmu dari ridha dan rahmat-Nya, kecuali ketergantunganmu kepada manusia. Selama bergantung pada manusia, selama itu pula kau mengharapkan uluran tangan mereka, bahkan kau meminta dengan bersedih hati di depan pintu rumah mereka. Perbuatan seperti ini termasuk syirik, karena kau menyekutukan Ia dengan makhluk-Nya.

Jika Anda

Jika Anda mulai berorientasi serba duniawi, memburu duniawi, itu tandanya Allah sedang menghina Anda.
Jika Anda sedang berorientasi dalam ubudiah, itu tandanya Allah sedang menolong Anda.
Jika Anda sedang sibuk dengan urusan sesama manusia, sampai lupa dengan Allah, itu tandanya Allah sedang berpaling dari diri Anda
Jika Anda dijauhkan dari rintangan-rintangan menuju kepada Allah, sesungguhnya Allah sedang mendidik budi pekerti kehambaan Anda.
Jika Anda bergairah dalam munajat kepada-Nya, itu tandanya Allah sedang Mendekati Anda.
Jika Anda ridla atas ketentuannya, dan Ridla bersama-Nya, itu tandanya Allah Ridla kepada diri Anda.

Syarifah Robiatul Adawiyah

Menurut Syarifah Robiatul Adawiyah, ”sesungguhnya aku diciptakan antara hidup dan setelah mati hanya punya satu tujuan, mengabdi kepada Alloh SWT. Dan barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah setiap malamnya dengan membaca surat Al-Fatihah 3333x dan membaca istighfar sebanyak 30.000x niscaya aku akan terus hadir menjumpaimu sampai dirimu tanpa sadar menjadi seorang derajat waliyulloh kamil”.

Abu Sufyan Atssaury

Menurut imam Abu Sufyan Atssaury, “Berbahagialah wahai ummatku, sesungguhnya aku diberikan keluasan ilmu sebagai hamba yang mempunyai derajat syafa’at di kemudian hari. Istiqomahkan bertawassul kepadaku di setiap malamnya dengan terus membaca surat Al-Fatihah 7700 x dan solawat nabi (Allohumma Sholli ala sayidina Muhammad) 7000x niscaya ruhku akan selalu hadir setiap kau membutuhkanku, dan percayalah kepadaku, karena sesungguhnya aku takkan tinggal diam untuk selalu mendoakanmu sampai mencapai derajat mulia (surga)”.

Imam Ibnul Aroby

Menurut Imam Ibnul Aroby, “Barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah dengan hitungan 7 jam lamanya (dari jam 21.00 s.d. 04.00) niscaya aku akan hadir tanpa perantara / suruhan / khodam, di manapun kamu menginginkannya”.

Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani

Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani, pernah berujar, “Bila aku mati kelak, ruhku akan terus hadir di sela orang-orang yang setiap malamnya mengistiqomahkan, bertawassul kepadaku dengan keikhlasannya, sambil tak pernah henti-hentinya membaca surat Al-fatihah sebanyak 20.000 x setiap malamnya”

Keluasan dan penghayatan ilmu

Menurut imam Ibnu Athoillah, “Keluasan dan penghayatan ilmu sangat diperlukan oleh setiap ummat di dunia. Namun, sebagai rasa takdzim akan penghormatan kepada para kekasih Alloh SWT. Lebih sangat diutamakan. Karena sesungguhnya batu loncatan kita sebagai manusia hidup tak lain adalah bantuan rahmat dari para Ahlillah yang sudah mendahului kita, kuncinya perbanyaklah bertawassul untuknya”.

lewat jalan para kekasih-Nya

“Gunakanlah waktumu untuk kebajikan di jalan-Nya. Sesungguhnya sifat manusia terbagi dalam kelebihan dan kekurangan. Sebagai seorang mahluk yang serba kekurangan akan ilmu dan pengetahuan, dekatkanlah dirimu kepada-Nya lewat jalan para kekasih-Nya (bertawassul) sesungguhnya hanya lewat jalan inilah kamu sekalian akan mendapat derajat mulia di sisi-Nya”

Senin, Januari 30

Mudah rezeki

Dan wifiq di atas siapa saja yang menulisnya dikertas yang putih dan suci dengan minyak misik, air bersih dan minyak jafaron dan di bakari dengan bau yang wangi-wangi selanjutnya diletakkan dibawah bantal dengan membaca ayat tersebut tiap malam saat mau tidur 1900x maka tidak lewat 19 hari pasti mendapat rezki yang diharapkan itu.

Doa Nuur




اللهم صل على محمد وآل محمد 

 بسم الله الرحمن الرحيم ، بسم الله النور ، بسم الله نور النور ،بسم الله نورٌ على نور ، بسم الله الذي هو مدبر الأُمور ، بسم الله الذي خلق النور من النور ، الحمد لله الذي خلق النور من النور ، وأنزل النور على الطور ، في كتابٍ مسطور ، في رقٍ منشور ، بقدرٍ مقدور ، على نبيٍ محبور ، الحمد لله الذي هو بالعزِ مذكور ، وبالفخرِ مشهور وعلى السراءِ والضراءِ مشكور ، وصلى الله على سيدنا محمد وآله الطاهرين

Sholawat Litafrij Al – Kurob (Adrikiyyah)

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيلَتِي أَدْرِكْنِي يَا رَسُولَ الله

Hizib Rasul /Doa Imam aly Zaynal Abidin qs

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم احرسني بعينك التي لا تنام ، واكنفني بكنفك الذي لا يرام ، وارحمني بقدرتك علي ، فلا أهلك وأنت رجائي ، فكم من نعمةٍ أنعمت بها عليَّ قَلَّ لك عندها شكري ، وكم من بليةٍ ابتليتني بها قَلَّ عندها صبري ، فيا من قَلَّ له عند نعمته شكري فلم يحرمني ، ويا من قَلَّ عند بليته صبري فلم يخذلني ، ويا من رآني على الخطايا فلم يفضحني ، أسألك أن تصلي على محمد وعلى آل محمد ، اللهم أعني على ديني بالدنيا ، وعلى آخرتي بالتقوى ، واحفظني فيما غِبْتُ عنه ،  ولا تكلني إلى نفسي فيما حَضَرْتَهُ ، يا من لا تضره الذنوب ولا تُنْقِصُه المغفرة ، هَبْ لي ما لا يُنْقِصُكَ ، واغفر لي ما لا يضرك ، إنك ربٌ وهّاب ، أسألك فرجاً قريباً ،  وصبراً جميلاً ، ورزقاً واسعاً ، وأسألك العافية من كل بليةٍ ، وأسألك تمام العافية ، وأسألك دوام العافية ، وأسألك الغِنى عن الناس ، وأسألك السلامة من كل سوءٍ ، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

 

ALLOHOMMAH RUSNI BI AINIKAL LATTI LATANAMU WAKNUFNI BIKANAFIKA L LADZI LAYUROMU WARHAMNI BI QUDROTIKA ALAYYA ANTA TSIQOTI WAROJA-I FAKAM MIN NI’MATIN AN AMTA BIHA ALAYYA QOLA LAKA BIHA SYUKRI WAKAM MIN BALLIYYATIB TALAYTANI BIHA QOLA LAKA BIHA SHOBRI FAYAMAN QOLLA INDA NI’MATI SYUKRI FALAM YAHRIMNI WAMAN QOLLA INDA BALA IHI SHOBRI FALAM YAHDZULNI WAYAMAN ROONI ALAL KHOTOYA FALAM YAFDHOHNI WAYA DZAL MA’RUFIL LADZI LAYANG QODI ABADAN WAYA DZAN NA’MA’IL LATI LATUHSHO ADADAN,

AS-ALUKA ANTUSHOLI WA TUSSALLIM ALA MUHAMDDIN WA ALA ALI MUHAMDIN KAMA SHOLAITA WA BAROKTA ALA IBROHIM INNAKA HAMIDUM MAJID, WABIKA AD-RO-U FII NUHURIL A’-DADAA-’I WAL JABBARINA , ALLOHUMMA A-INNI ALA DIINI BI DUNYAYA WA ALA AKHIROTI BIT TAQWA, WAHFADNI FIMA GHIBTU ANHU WALA TAQILNI ILA NAFSI FIIMA HADHORTU YA-MAN LA TADHURUHUDZ DZUNUBU WALA TANGQUSUHUL MAGHFIROTU HABLI MALA YADURUKA WAGHFIRLI MALA YANGQUSUKA

YA ILLAHI AS-ALUKA FAROJAN QORIBAN WASHOBRON JAMILAN WA RIZQON WASI-AN WA AS-ALUKAL AFIYATA MIN KULLI BALLIYATIN WA AS-ALUKA S SYUKRO ALA AFIYATI WA AS-ALUKA DAWAMAL AFIYATI WA AS-ALUKA TAMAMAL AFIYATI WA AS-ALUKA L GHINAA ANIN NASI WALA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILAHIL ALIYIL ADZIM WASHOLALLOHU ALA SAYIDINA MUHAMDIN WA ALA ALIHI WASHOHBIHI WASALAM.

 

Jumat, Januari 27

bersabar di perbatasan ruhani

Satu sifat bawaan asli manusia adalah tergesa-gesa, bukan saja dalam perkara duniawi malah dalam perkara ukhrawi juga. Pencari TUhan yang rohaninya belum mantap masih dibaluti oleh sifat-sifat kemanusiaan. Apabila dia mengalami satu hal dia akan merasakan nikmatnya. Rindulah dia untuk menikmati hal yang lain pula. Lalu dia memohon kepada Allah s.w.t supaya dipindahkan halnya[keadaannya]. Sekiranya hal yang datang tidak diperteguhkan ia tidak menjadi makam. Bila hal berlalu ia menjadi kenangan, tidak menjadi keperibadian. Meminta perubahan kepada hal yang lain adalah tanda kekeliruan dan boleh membantu perkembangan kerohanian.
Kekuatan yang paling utama adalah berserah kepada Allah s.w.t, reda dengan segala Kehendak-Nya. Biarkan Allah Yang Maha Mengerti mengurusi kehidupan kita. Sebaik-baiknya perbuatan adalah menjaga keadaan yang kita sedang berada di dalamnya. Jangan meminta maqom yang lebih tinggi atau lebih rendah. Semakin hampir dengan Allah s.w.t semakin hampir dengan bahaya yang besar, yaitu dicampakkan keluar dari majlis-Nya siapa yang tidak tahu menjaga kesopanan bermajlis dengan Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Oleh yang demikian, tunduklah kepada kemuliaan-Nya dan berserahlah kepada kebijaksanaan-Nya, niscaya Dia akan menguruskan keselamatan dan kesejahteraan para hamba-Nya.

Kamis, Januari 26

Menurut imam Abu Hasan Asy-Syadili r.a

Menurut imam Abu Hasan Asy-Syadili r.a., “aku kan bertanggung jawab demi keselamatanmua di dunia dan akherat, dan aku akan terus memohonkan kepada-Nya atas segala permohonanmu, dan aku akan menyambangimu / menjumpai di setiap malammu dan aku akan membawamu hidup-hidup di antara kenikmatanku (surga) apabila kamu terus beristiqomah bertawassul kepadaku di setiap malamnya, dengan memudawamkan 5000x surat Al-Fatihah dan 4500x asma Hasbunalloh wa ni’mal wakil”

siirr yang jernih

Keluarkan nafsu dan makhluk dari hati kita dan kita isi dengan apa yang tersimpan oleh keduanya, sehingga sampai kepada kita pembinaan-Nya ini bukan sesuatu yang datang dengan puasa siang hari dan beribadah malam hari, tetapi dengan hati yang suci dan siirr yang jernih.

Keutamaan Syahadat


 Dari anas ra. ia berkata ; ketika nabi saw bepergian, ditemani mu'adz, beliau memanggil; wahai mu'adz, ia menjawab; ya ' ada apa rasulullah? beliau memanggil lagi " wahai mu'adz , ia menjawab ; ya ada apa rasulullah ? ; beliau memanggil lagi ; wahai mu'adz, ia menjawab ; ya ada apa rasulullah? , ini adalah panggilan yang ketiga kalinya, kemudia beliau bersabda; " seorang hamba yang bersaksi, bahwa tidak ada tuhan selain Alloh, dan Muhammad adalah hamba serta utusan-Nya dengan sebenar- benarnya keluar dari lubuk hati,Alloh pasti mengharamkan dirinya dari api neraka"kemudia muadz bertanya; apakah boleh saya memberitahukan orang banyak supaya mereka gembira ?; beliau bersabda;"Kalau mereka mengetahui,mungkin akan sembrono. tatkala  Mu'adz akan meninggal ia memberitahkuan hal ini karena takut akan berdosa (HR Bukhari dan Muslim)

Selasa, Januari 24

هوالله

Allah

هوالله

Lafal Allah berasal dari kata ilah yang merupakan kata jenis yang diberikan untuk semua sembahan, baik yang benar mauun yang batil, tetapi kemudian hanya diperuntukkan kepada sesembahan yang benar (yang merupakan kata jenis yang diberikan untuk semua sembahan, baik yang benar maupun yang batil, tetapi kemudian hanya diperuntukkan kepada sesembahan yang benar (haq) saja. Adapun Allah adalah kata nama yang tertentu bagi sesembahan yang haq, dan tidak diberikan kepada yang lain. Ia merupakan kata jadian yang berasal dari kata ialaahah, atau uluhah, atau uluhiyyah, yang semuanya berarti “ibadah”, hanya saja disini kata itu diartikan sebagai ma’bud (yang disembah).

Adapun pendapat yag mengatakan bahwa jalaalah ini berasal dari kata alaha yang berarti tahayyana (binggung), sebab Allah SWT membikinkan akal dan pemahaman menjadi binggung memikirkan keadaan-Nya.

Pendapat lain mengatakan bahwa kata Allah itu berasal dari kata aliha yang artinya “senang” atau “menaruh kepercayaan kepada-Nya”, sebab hati menjadi tenteram dengan mengingat-Nya, dan jiwa menjadi tenang dengan mengenal-Nya. Dan masih banyak lagi pendapat lainnya.

Allah adalah nama yang diberikan kepada Dzat yang maujud dan haq, yang mengumpulkan segala sifat-sifat ketuhanan, yang disifati dengan segala sifat rububiyah, yang munfarid dengan wujud hakiki, sebab semua wujud selain Dia tidak mustahaq untuk menjadi ada dengan sendirinya, melainkan keberadaannya bergantung kepada-Nya.

Allah adalah nama yang mengumpulkan makna semua nama dan hakikat-Nya, dan merupakan Dzat yang disembah secara haq. Dia tidak membutuhkan kepada siapapun, malahan yang lainnyalah yang butuh kepada-Nya.

Faedahnya

Ketahuilah, bahwasanya (Allah) ini adalah seagung-agung asma yang jumlahnya Sembilan puluh Sembilan, seperti yang diberitahukan oleh al-Turmudzi, sebab ia menunjuk kepada Dzat yang mengumpulkan sifat-sifat uluhiyah seluruhnya, hingga tidak ada sesuatupun yang menyendiri. Sedangkan asma lainnya tidak menunjukkan ketunggalannya kecuali ketunggalan arti yang berhubungan dengannya-berupa ilmu, kekuasaan, ataupun perbuatan. Ia pun termasuk asma khusus yang tidak diberikan kepada selain Dzat yang maha suci dan Maha agung, baik secara hakiki maupun kiasan. Sebaliknya, asma yang lain terkadang diberikan juga kepada yang lain-Nya, seperti Qaadir, ‘Aliim, dan Rahiim.

Diantara keistimewaan lafal Allah itu ialah, bahwa lafal lainnya disandarkan keada-Nya, misalnya Allah ar-Rahmaan ar-Rahiim, atau Allah as-Samii’ al-Bashiir, dan lain-lain. Sedangkan dia tidak disandarkan kepada yang lainnnya; tidak dikatakan, misalnya, Al-Qaadir Allah atau Ar-Rasyiid Allah.

Seyogyanya, dalam setiap beribadat dengan ism ini, seseorang hamba harus mencurahkan segenap pikiran dan kemauannya semata-mata kepada Allah SWT, tidak melihat kepada yang lain dan tidak menoleh kepada selain-Nya, serta tidak mengharap dan tidak takut kecuali kepada-Nya.

Rasullah Saw bersabda :

Baid sastra yang paling benar dalam satra Arab adalah ucapan labid :

Ketahuialah, segala sesuatu selain Allah adalah batil.

Khasiatnya :

Barang siapa membaca isim ini secara rutin setiap hari sebanyak seribu kali, dengan ucapan Ya Allah ya huu, niscaya Allah akan mengkaruniakan kepada orang itu kesempurnaan keyakinan. Barang siapa membacanya pada hari Jum’at sebelum shalat, dalam keadaan yang suci dan bersih pakaiannya, serta bebas dari segala kesibukan, maka Allah akan memudahkan segala permintaannya. Jika orang itu menderita suatu penyakit yang sulit disembuhkan oleh dokter, lalu ia berdoa kepada Allah dengan ism ini, niscaya ia akan sembuuh dengan izin Allah, selama ajalnya belum tiba.

Tujuh Tahapan

 Tahapan pencarian
Inilah tahapan pertama yang harus dilalui seorang pencari dalam menjalani kehidupan spiritualnya. Aneka ragam godaan duniawi akan menghampiri dan itu harus bisa ditaklukkan. Para pencari diharuskan berjuang dengan gigih untuk mendapatkan cahaya ilahi yang didambanya dengan menghilangkan hasrat-hasrat duniawinya. Hasrat duniawi ini jangan diartikan dengan meninggalkan dunia sepenuhnya

Tahapan Cinta
Setelah melalui tahapan pertama, sang pencari harus menemukan cinta sejati dalam dirinya untuk dapat menghalau tangan hitam akal yang menutupi ketajaman mata batin. Hanya dengan mata batinlah para pencari kebenaran ini dapat melihat realita apa adanya. Mata hati tidak dapat dibohongi. Dalam kecintaannya, seorang pencari haruslah memiliki kesudian untuk mengorbankan apa-apa darinya demi yang diharapkannya yang dicintanya. Keikhlasan dalam berkurban menunjukkan seberapa besar cintanya pada kekasihnya.

Tahapan Kearifan
Dengan mata hati yang terbuka, seorang pencari dapat melihat jelas realita ciptaanNya. Dengan begitu kearifan akan menyertai kehidupannya. Jalan makrifat dapat dilalui dengan cara tata cara ibadah yang khusuk, dan latihan-latihan penempaan diri dalam. Tentu setelah melalui jalan cinta.

Tahapan Kebebasan
Tahapan ini merupakan tahapan yang harus dilalui para pencari yang sudah mampu menghilangkan nafsu untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah atau dengan ikhtiar biasa. Dalam tingkatan ini kesibukan seorang pencari akan fokus pada hal-hal yang utama dan hakiki. Dia melihat segala seakan biasa, tanpa ada yang menakjubkan.

Tahapan Keesaan Murni
Tahapan keesaan murni sebuah lambang wujud, di mana dalam jagat raya ini hanya ada satu wujud yaitu wujud Tuhan.

Tahapan Ketakjuban
Di tahapan ini sang pencari akan mengalami ketakjuban luar biasa karena semua menjadi serba terbalik. Siang jadi malam, malam jadi siang, semuanya serba berubah.

Tahapan ketiadaan
Inilah tahapan terakhir dari sebuah pencarian. Ketika sampai pada level ini, sang pencari akan menemukan dirinya secara utuh. Yang ditemukannya hanyalah dirinya dan hakikat dirinya. Setelah tahap inipun sang pencari akan menemukan simurgh yang tak lain adalah hakikat dirinya sendiri.

perbandingan makhluk

imam  Zamahsari dalam bukuny a berjudul  “Rabi’ul Abror” menguraikan perbandingan antara kejadian malaikat, syaithan, jin dan manusia. Bahwa Allah SWT menjadikan makhluk yang bernyawa menjadi empat kelompok, yaitu:

1.       Malaikat

2.       Syaithan

3.       Jin, dan

4.       Manusia

Empat kelompok ini di jadikannya dari 10 bagian, yang  9 bagian adalah menjadi malaikat, sedang yang sebagian menjadi syaithan, jin dan manusia. Tiga kelompok ini juga dibagi menjadi 10 bagian. Yang sembilan bagian adalah syaithan, yang sebagian adalah jin dan manusia. Jin dan manusia juga dibagi menjadi 10 bagian. Yang sembilan bagian untuk jin, sedang yang satu bagian di jadikan manusia.

Dengan demikian perbandingan mereka dengan semua makhluk yang bernyawa adalah sbb:

-          Malaikat  = makhluk bernyawa = 900: 1000

-          Syaithan = makhluk bernyawa = 90 : 1000

-          Jin = makhluk benyawa = 9 : 1000

-          Manusia = makhluk bernyawa = 1 : 1000

Atau dengan kata lain bahwa malaikat, syaithan, jin dan manusia dengan makhluk hidup adalah 90%, 9%, 0.9%, dan 0.1% nya. Telah di jelaskan sebelumnya bahwa syaithan adalah jin yang perbuatannya tidak baik, oleh karena itu dari perbandingan di atas dapat di mengerti  bahwa jin yang baik lebih sedikit daripada jin ahli maksiat dengan perbandingan 1 : 10 [aslinya 9 : 90 ]

semua adalah karunia

Di awal perjalanan menuju Allah s.w.t, seseorang itu harus istiqomah beramal menurut tuntutan syariat. Dan melihat amalan itu sebagai kendaraan/wasilah yang  membawanya kepadaAllah s.w.t. Semakin kuat kita beramal semakin besarlah harapannya untuk sampai [wushul]. Apabila kita mencapai satu tahap, pandangan mata hati terhadap amal mulai berubah. Kita tidak lagi melihat amalan sebagai alat atau penyebab. Pandangan beralih kepada karunia Allah s.w.t. Kita melihat semua amalan adalah karunia Allah s.w.t kepada kita dan kedekatan dengan Allah s.w.t juga karunia-Nya. Seterusnya terbuka hijab yang menutupi kita dengan mengenali diri sendiri dan mengenal Tuhan. melihat diri  sangat lemah, hina, jahil, serba kekurangan dan faqir. Tuhan adalah Maha Kaya, Berkuasa, Mulia, Bijaksana dan Sempurna dalam segala segi. Bila kita sudah mengenali diri dan Tuhan, maka pandangan mata hati  kita selalu tertuju kepada Kudrat dan Iradat Allah s.w.t yang meliputi segala sesuatu dalam alam maya ini. Jadilah kita seorang arif yang senantiasa memandang kepada Allah s.w.t, berserah diri kepada-Nya, bergantung dan berhajat kepada-Nya. Kita hanyalah hamba Allah s.w.t yang faqir.

ngunu jarene yai

Senin, Januari 23

kenapa takut berdoa

kita sering kali takut mengajukan keinginan dan kebutuhan  pada Tuhan. apalagi kalau keinginan itu menurut logika tidak masuk akal, berdoalah apapun keinginan kita pada Tuhan jangan batasi kekuasaan, kebijaksanaan, kehebatan dan kemurahanNYA dengan akal pikiran kita. berdoalah jangan memikirkan bagaimana, dimana, apabisa dst nya. jangan pikirkan prosesnya kecuali Tuhan sudah memberikan isyarat secara lahir. jangan pikirkan cara Tuhan karena masalah terkabul atau tertahannya doa yang kita panjatkan adalah mutlak urusan Tuhan dan di luar kemampuan kita.

Minggu, Januari 22

10 aturan hikmah

10 aturan hikmah 9 di antaranya adalah diam
10 aturan diam 9 di antaranya adalah menjaga hati
10 aturan menjaga hati 9 di antaranya adalah menjaga nafas
.........." dengan dzikir" ..............

Sabtu, Januari 21

Al-Asmaâ As-Sabâah (tujuh nama).

Yakni tujuh macam dzikir atau tujuh tingkatan jiwa yang harus dibaca

Dzikir pertama adalah La ilaaha illallah (pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah). Dzikir pada tingkatan jiwa pertama ini disebut an-Naf al-Ammarah (nafsu yang menuruh pada keburukan, amarah). Jiwa ini dianggap sebagai jiwa yang paling terkotor dan selalu menyuruh pemiliknya untuk melakukan perbuatan dosa dan maksiat atau buruk, seperti mencuri, bezina, membunuh, dan lain-lain.

Kedua, Allah (Allah). Pada tingkatan jiwa kedua ini disebut an-Nafs al-Lawwamah (jiwa yang menegur). Jiwa ini dianggap sebagai jiwa yang sudah bersih dan selalu menyuruh kebaikan-kebaikan pada pemiliknya dan menegurnya jika ada keinginan untuk melakukan perbuatan-perbuatan buruk.
 

Ketiga, Huwa (Dia). Dzikir pada tingkatan ketiga ini disebut an-Nafs al-Mulhamah (jiwa yang terilhami). Jiwa ini dianggap yang terbersih dan telah diilhami oleh Allah SWT, sehingga bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
 

Keempat, Haq (Maha Benar). Tingkatan jiwa ini disebut an-Nafs al-Muthmainnah (jiwa yang tenang). Jiwa ini selain bersih juga dianggap tenang dalam menghadapi segala problema hidup maupun guncangan jiwa lainnya.
 

Kelima, Hayyu (Maha Hidup). Disebut juga dzikir an-Nafs ar-Radliyah (jiwa yang ridla). Jiwa ini semakin bersih, tenang dan ridla (rela) terhadap apa yang menimpa pemiliknya, karena semua berasal dari pemberian Allah.
 

Keenam, Qayyum (Maha Jaga). Tingkatan jiwa ini disebut juga an-Nafs Mardliyah (jiwa yang diridlai). Selain jiwa ini semakin bersih, tenang, ridla terhadap semua pemberian Allah juga mendapatkan keridlaan-Nya.
 

Ketujuh, Qahhar (Maha Perkasa). Jiwa ini disebut juga an-Nafs al-Kamilah (jiwa yang sempurna). Dan inilah jiwa terakhir atau puncak jiwa yang paling sempurna dan akan terus mengalami kesempurnaan selama hidup dari pemiliknya.
 

Ketujuh tingkatan (dzikir) jiwa ini intinya didasarkan kepada ayat al-Qurâan. Tingkatan pertama didasarkan pada surat Yusuf ayat 53: âSesunguhnya jiwa itu selalu menyuruh kepada keburukanâ.
Tingkatan kedua dari surat al-Qiyamah ayat 2: âDan Aku tidak bersumpah dengan jiwa yang menegurâ.
Tingkatan ketiga dari surat as-Syams ayat 7 dan 8: âDemi jiwa dan Yang menyempurnakannya. Allah mengilhami jiwa tersebut kejahatan dan ketakwaannyaâ.
Tingkatan keempat dari surat al-Fajr ayat 27: âWahai jiwa yang tenangâ.
Tingkatan kelima dan keenam dari surat al-Fajr ayat 28: âKembalilah kepada Tuhanmu dengan keridlaan dan diridlaiâ.
Sementara untuk tingkatan ketujuh yang sudah sempurna, atau yang berada di atas semua jiwa, secara eksplisit tidak ada dalam al-Qurâan, karena al-Qurâan seluruhnya merupakan kesempurnaan dari semua dzikir dan jiwa pemiliknya. Wallahu aâlam.

menunda dzikir

jangan pernah menunda dzikir kepada ALLAH SWT dengan alasan mencari waktu, tempat dan keadaan yang lebih afdhol/utama.
maka tetap istiqomahlah menjaga hatimu dengan selalu dzikir, perhatikan nafasmu [HU ALLAH ] dari HUWA di waqof HU ALLAH yang maknanya DIA ALLAH.


ketahuilah bahwa dalam menjalankan perintah Allah yang kita butuhkan adalah kesadaran.

Doa belum terjawab

apabila doa doa kita belum terjawab, maka anggaplah sebagai bentuk pengabdian kepadaNYA. dengan demikian tidak mengurangi hikmat dan Dia akan memberi tahu rahasia di balik tertundanya doa yang kita panjatkan. 

Selanjutnya bertaubat dan perbanyaklah membaca istighfar niscaya Dia akan memberikan yang terbaik untuk kita.

Jumat, Januari 20

dadamu adalah

“Dadamu adalah tempat bernaung Allah. Berusahalah sekuat tenaga agar tidak ada yang kotoran memasuki tempat bernaung-Nya itu”.

menyendiri bagi seorang murid


Seorang murid mengira bahwa dirinya telah mencapai derajat kesempurnaan.
“Oleh karena itu lebih baik aku menyendiri”, ia berkata di dalam hatinya.
Maka pergilah ia mengasingkan diri di suatu tempat dan untuk beberapa lamanya berdiam di sana. Setiap malam beberapa orang yang membawa seekor kuda datang kepadanya dan berkata: “Kami akan mengantarmu ke surga”. Maka naiklah ia ke atas punggung kuda itu dan mereka pun berangkat ke suatu tempat yang indah dan nyaman, penuh dengan manusia—manusia gagah dan tampan, dimana banyak terdapat makanan-makanan lezat dan anak-anak sungai. Di tempat itu ia tinggal hingga fajar, kemudian ia jatuh tertidur dan ketika terjaga ternyata ia berada di kamarnya sendiri kembali. Karena pengalaman ini, ia menjadi bangga dan angkuh.
“Setiap malam aku diantarkan ke surga”, ia membanggakan dirinya.
Kata-katanya ini terdangar oleh Syekhnya. Syekhnya segara bangkit dan datang ke tempat di mana ia mendapatkan muridnya itu sedang berlagak dengan sangat angkuhnya. Syekhnya bertanya apakah yang telah dialaminya dan si murid mengisahkan seluruh pengalamannya itu kepada syeikh..
“Malam nanti apabila engkau diantarkan ke sana”, Syekhnya berkata kepada muridnya itu, ”ucapkanlah: “Tiada kekuasaan dan kekuatan kecuali pada Allah Yang Maha Mulia
dan Maha Besar. “.
Malam itu,seperti biasanya si murid diantarkan pula ka tempat ‘tersebut’. Dalam hatinya ia tidak yakin terhadap perkataan syeikh Syekhnya, tetapi ketika sampai di tempat itu, sekadar sebagai percobaan ia mengugapkan: “Tiada kekuasaan dan kekuatan …. “
Sesaat itu pula orang-orang yang berada di tempat itu meraung-raung dan melarikan diri.
Kemudian terlihatlah olehnya bahwa tempat itu hanyalah tempat pembuangan sampah sedang dihadapannya berserakan tulang-tulang binatang. Setelah menyadari kekeliruan‘nya itu, si murid bertaubat dan bergabung dengan murid-murid Syekhnya yang lain. Tahulah ia bahwa menyendiri bagi seorang murid adalah bagaikan racun yang mematikan.

Jika Dia

“Jika Dia { ALLAH} mengantarkan maka sampailah kita. Apakah gunanya kita bertanya mengapa dan bagaimana, yang perlu engkau sampai ke tujuan bukan untuk bertanya-tanya.”

Kamis, Januari 19

Rattib Al-Attas



اَلْفَاتِحَةُ اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ, اَعُوذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.اَلْحَمْدُلِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ...) الخرسُوْرَةُ الْفَاتِحَة
اَعُوْذُبِا للهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَا نِ الرَّجِيْمِ (3)
 ( لَوْاَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَاَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وِتِلْكَ اْلاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ. هُوَاللهُ الَّذِيْ لاَاِلَهَ اِلاَّ هُوَعَالِمُ اْلغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَالرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ هُوَاللهُ الَّذِيْ لآ اِلَهَ اِلاَّ هُوَاْلمَلِكُ اْلقُدُّوْسُ السَّلاَمُ اْلمُؤْمِنُ اْلمُهَيْمِنُ اْلعَزِيْزُاْمجَبَارُ اْلمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّايُشْرِ كُوْنَ هُوَاللهُ اْمخَالِقُ اْلبَارِئُ اْلمُصَوِّرُلَهُ اْلاَسْمَاءُ اْمحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَافِى السَّمَوَاتِ وِاْلاَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيْزُاْمحَكِيْمِ
 اَعُوْذُبِاللهِ السَّمِيْحِ اْلعَلِيْمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ (3)
 اَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّا مَّاتِ مِنْ شَرِّمَا خَلَقَ (3)
بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَيَضُرُّمَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى اْلاَرْضِ وَلاَفِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ (ثلاثا)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ (عَشْرًا)
 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ (ثَلاَثًا)
 بِسْمِ اللهِ تَحَصَّنَّا بِاللهِ.بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْنَا بِاللهِ (ثَلاَثًا)
 بِسْمِ اللهِ آمَنَّابِاللهِ. وَمَنْ يُؤْ مِنْ بِاللهِ لاَخَوْفٌ عَلَيْهِ (ثَلاَثًا) سُبْحَانَ اللهِ عَزَّاللهِ. سُبْحَانَ اللهِ جَلَّ اللهِ (ثَلاَثًا)
 سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ.سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ (ثَلاَثًا)
 سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُلِلَّهِ وَلآ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ (اَرْبَعًا)
 يَالَطِيْفًا بِخَلْقِهِ يَاعَلِيْمًا بِخَلْقِهِ يَاخَبِيْرًا بِخَلْقِهِ. اُلْطُفْ بِنَايَالَطِيْفُ,يَاعَلِيْمُ يَاخَبِيْرً (ثلاثا)
 يَا لَطِيْفًا لَمْ يَزَلْ. اُلْطُفْ بِنَافِيْمَانَزَلْ اِنَّكَ لَطِيْفٌ لَمْ تَزَلْ. اُلْطُفْ بِنَاوَ الْمُسْلِمِيْنَ (ثَلاَثًا)
 لآ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ (اَرْبَعِيْنَ مَرَّةً)
 مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ. حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ (سبعا)
 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَّى مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ (عَشْرًا)  اَسْتَغْفِرَاللهَ (اا مَرَّةً).
 تَائِبُوْنَ اِلَى اللهِ (ثَلاَثًا)
 يَااَللهُ بِهَا.يَااَللهُ بِهَا يَااَللهُ بِحُسْنِ اْلخَاتِمَةِ (ثَلاَثً)

غُفْرَا نَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ اْلمَصِيْرُ لاَيُكَلِفُ اللهُ نَفْسًا اِلاَّ وُسُعَهَا لَهَا مَا اكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكَتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَا خِذْنَا اِنْ نَسِيْنَا اَوْاَخْطَأْ نَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَا قَةَلَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَ نَا فَانْصُرْنَا عَلَى اْلقَوْمِ اْلكَا فِرِيْنَ.

Kemudian membaca :

اَلْفَاتِحَةُ
 اِلَى رُوْحِ سَيِّدِنَاوَ حَبِيْبِنَاوَ شَفِيْعِنَ رَسُوْلِ اللهِ , مُحَمَّدِ بِنْ عَبْدِاللهِ , وَاَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ , اَنَّ اللهَ يُعْلىِ دَرَجَاتِهِمْ فِى اْلْجَنَّةِ وَ يَنْفَعُنَا بِاَسْرَارِ هِمْ وَاَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ فِى الدِّ يْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآ خِرَةِ وَيَجْعَلُنَا مِنْ حِزْ بِهِمْ وَيَرْزُ قُنَا مَحَبَّتَهُمْ وَيَتَوَفَّانَا عَلَى مِلَّتِهِمْ وَيَحْشُرُنَافِى زُمْرَ تِهِمْ . فِى خَيْرٍ وَ لُطْفٍ وَعَافِيَةٍ , بِسِرِ الْفَا تِحَةْ اَلْفَاتِحَةُ اِلَى رُوْحِ سَيِّدِنَا الْمُهَا جِرْ اِلَى اللهِ اَحْمَدْ بِنْ عِيْسَى وَاِلَى رُوْحِ سَيِّدِنَااْلاُ سْتَاذِ اْلاَعْظَمِ اَلْفَقِيْهِ الْمُقَدَّمِ , مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيّ بَاعَلَوِيْ وَاُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ , وَذَوِىْ الْحُقُوْقِ عَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ اَنَّ اللهَ يَغْفُرُ لَهُمْ وَيَرْ حَمُهُمْ وَيُعْلِيْ دَرَجَاتِهِمْ فِى الْجَنَّةِ , وَيَنْفَعُنَا بِاَسْرَارِهِمْ وَاَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْ مِهِمْ فِى الدِّ يْنِ وَالدُّنْيَاوَاْلاَخِرَةِ . اَلْفَا تِحَةُ اَلْفَاتِحَةُ اِلَى رُوْحِ سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَبَرَكَاتِنَا صَاحِبِ الرَّاتِبِ قُطْبِ اْلاَنْفَاسِ اَلْحَبِيْبِ عُمَرْ بِنْ عَبْدِالرَّحْمَنِ الْعَطَّاسْ , ثُمَّ اِلَى رُوْحِ الشَّيْخِ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ اللهِ بَارَاسْ , ثُمَّ اِلَى رُوْحِ اَلْحَبِيْب عَبْدُالرَّحْمَنِ بِنْ عَقِيْل اَلْعَطَّاسْ , ثُمَّ اِلَى رُوْحِ اَلْحَبِيْب حُسَيْن بِنْ عُمَرْ اَلْعَطَّاسْ وَاِخْوَانِهِ ثُمَّ اِلَى رُوْحِ عَقِيْل وَعَبْدِ اللهِ وَصَا لِحْ بِنْ عَبْدُالرَّحْمَنِ اَلْعَطَّاسْ ثُمَّ اِلَى رُوْحِ اَلْحَبِيْب عَلِيِّ بْنِ حَسَنْ اَلْعَطَّاسْ ثُمَّ اِلَى رُوْحِ اَلْحَبِيْب اَحْمَدْ بِنْ حَسَنْ اَلْعَطَّاسْ وَاُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَذَوِى الْحُقُوْقِ عَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ اَنَّاللهَ يَغْفِرُ لَهُمْ وَيَرْ حَمُهُمْ وَيُعْلِى دَرَجَا تِهِمْ فِى الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِاَسْرَارِهِمْ وَاَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْ مِهِمْ وَنَفَحَا تِهِمْ فِى الدِّ يِنِ وَالدُّ نْيَاوَاْلآخِرَةِ )اَلْفَا تِحَةْ(
اَلْفَاتِحَةُ
اِلَى اَرْوَحِ اْلاَوْالِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّا لِحِيْنَ . وَاْلاَ ئِمَّةِ الرَّاشِدِ يْنَ وَاِلَى اَرْوَاحِ وَالِدِيْنَا وَمَشَا يِخِنَا وَذَوِى الْحُقُوْقِ عَلَيْنَا وَعَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ , ثُمَّ اِلَى اَرْوَاحِ اَمْوَاتِ اَهْلِ هَذِهِ الْبَلْدَةِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَنَّ اللهَ يَغْفِرُلَهُمْ وَيَرْحَمُهُمْ وَيُعْلِى دَرَجَاتِهِمْ فِى الْجَنَّةِ وَيُعِيْدُ عَلَيْنَا مِنْ اَسْرَ ارِهِمْ وَانْوَ ارِهِمْ وَعُلُوْ مِهِمْ وَبَرَكَاتِهِمْ فِى الدِّ يْنِ وَالدُّ نْيَا وَاْلآ خِرَةِ . اَلْفَاتِحَةْ.

Ratib Al-Haddad



الرَاتِب الشَّهِير الإمام القطب عبد الله بن علوي الحداد
الفَاتِحَة إِلَى حَضْرَةِ سَيِّدِنَا وَشَفِيعِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلانَا مُحَمَّد صلى الله عليه وسلم
- الفاتحة-
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
ماَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيِّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ.
آمِيْنِ
. اَللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّموَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ العَلِيُّ العَظِيْمُ.
آمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّه وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْناَ وَأَطَعْناَ غُفْراَنَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. لاََ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِنْ نَسِيْنَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنآ أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْناَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (3x)
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلآ اِلَهَ اِلاَّ الله وَاللهُ اَكْبَرُ (3x)
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحاَنَ اللهِ الْعَظِيْمِ. (3x)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ (3x)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ. (3x)
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّمَا خَلَقَ (3x)
بِسْـمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُـرُّ مَعَ اسْـمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي الْسَّمَـآءِ وَهُوَ الْسَّمِيْـعُ الْعَلِيْـمُ (3x)
رَضِيْنَـا بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْـلاَمِ دِيْنـًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيّـًا (3x)
بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْخَيْرُ وَالشَّـرُّ بِمَشِيْئَـةِ اللهِ (3x)
آمَنَّا بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ تُبْناَ إِلَى اللهِ باَطِناً وَظَاهِرًا (3x)
يَا رَبَّنَا وَاعْفُ عَنَّا وَامْحُ الَّذِيْ كَانَ مِنَّا (3x)
ياَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْراَمِ أَمِتْناَ عَلَى دِيْنِ الإِسْلاَمِ (7x)
ياَ قَوِيُّ ياَ مَتِيْـنُ إَكْفِ شَرَّ الظَّالِمِيْـنَ (3x)
أَصْلَحَ اللهُ أُمُوْرَ الْمُسْلِمِيْنَ صَرَفَ اللهُ شَرَّ الْمُؤْذِيْنَ. (3x)
يـَا عَلِيُّ يـَا كَبِيْرُ يـَا عَلِيْمُ يـَا قَدِيْرُ يـَا سَمِيعُ يـَا (3x) بَصِيْرُ يـَا لَطِيْفُ يـَا خَبِيْرُ
ياَ فَارِجَ الهَمِّ يَا كَاشِفَ الغَّمِّ يَا مَنْ لِعَبْدِهِ يَغْفِرُ وَيَرْحَمُ (3x)
أَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبَّ الْبَرَايَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنَ الْخَطَاياَ (3x)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (49x)
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَ سَلَّمَ. وَشَرَّفَ وَكَرَّمَ وَمَجَّدَ وَعَظَّمَ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ اَهْلِ بَيْتِهِ الْمُطَهِّرِيْنَ وَاَصْحَابِهِ الْمُهْتَدِيْنَ وَالتَّا بِعِيْنَ لَهُمْ بِااِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِالدِّ يْنِ
بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَـدٌ. اَللهُ الصَّمَـدُ. لَمْ يَلِـدْ وَلَمْ يٌوْلَـدْ
. وَلَمْ يَكُـنْلَهُ كُفُـوًا أَحَـدٌ
بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، مِنْ شَرِّ ماَ خَلَقَ، وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ، وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَد
بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ، مَلِكِ النَّاسِ، إِلَهِ النَّاسِ، مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ، اَلَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ، مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ.
اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى رُوحِ سَيِّدِنَا الْفَقِيْهِ الْمُقَدَّمِ مُحَمَّد بِن عَلِيّ باَ عَلَوِي وَأُصُولِهِمْ وَفُرُوعِهِمْ وَكفَّةِ سَادَاتِنَا آلِ أَبِي عَلَوِي أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَبِأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِ هِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالآخِرَةِ.
اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى أَرْوَاحِ ساَدَاتِنَا الصُّوْفِيَّةِ أَيْنَمَا كَانُوا فِي مَشَارِقِ الأَرْضِ وَمَغَارِبِهَا وَحَلَّتْ أَرْوَاحُهُمْ - أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَبِعُلُومِهِمْ وَبِأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِ هِمْ، وَيُلْحِقُنَا بِهِمْ فِي خَيْرٍ وَعَافِيَةٍ.
اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى رُوْحِ صاَحِبِ الرَّاتِبِ قُطْبِ الإِرْشَادِ وَغَوْثِ الْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ الْحَبِيْبِ عَبْدِ اللهِ بِنْ عَلَوِي الْحَدَّاد وَأُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِ أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّة وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ بَرَكَاتِهِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالآخِرَةِ.
اَلْفَاتِحَة
إِلَى كَافَّةِ عِبَادِ اللهِ الصّالِحِينَ وَالْوَالِدِيْنِ وَجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ أَنْ اللهَ يَغْفِرُ لَهُمْ وَيَرْحَمُهُمْ وَيَنْفَعُنَا بَأَسْرَارِهِمْ وبَرَكَاتِهِمْ
(ويدعو القارئ)
اَلْحَمْدُ اللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وأَهْلِ بَيْتِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِحَقِّ الْفَتِحَةِ الْمُعَظَّمَةِ وَالسَّبْعِ الْمَثَانِيْ أَنْ تَفْتَحْ لَنَا بِكُلِّ خَيْر، وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ خَيْر، وَأَنْ تَجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْر، وَأَنْ تُعَامِلُنَا يَا مَوْلاَنَا مُعَامَلَتَكَ لأَهْلِ الْخَيْر، وَأَنْ تَحْفَظَنَا فِي أَدْيَانِنَا وَأَنْفُسِنَا وَأَوْلاَدِنَا وَأَصْحَابِنَا وَأَحْبَابِنَا مِنْ كُلِّ مِحْنَةٍ وَبُؤْسٍ وَضِيْر إِنَّكَ وَلِيٌّ كُلِّ خَيْر وَمُتَفَضَّلٌ بِكُلِّ خَيْر وَمُعْطٍ لِكُلِّ خَيْر يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ رِضَـاكَ وَالْجَنَّـةَ وَنَـعُوْذُ بِكَ مِنْ سَـخَطِكَ وَالنَّـار.

Hizib Syekh Abdul Qodir Al-Jailani



رَبِّ اِنِّي مَغْلُوْبٌ فَانْتَصِرْ، وَاجْبُرْ قَلْبِي الْمُنْكَسِرْ،
وَاجْمَعْ شَمْلِي الْمُنْدَثِرْ، اِنَّكَ أَنْتَ الرَّحْمَنُ الْمُقْتَدِرْ،
إِكْفِنِي يَاكَافِي وَأَنَا الْعَبْدُ الْمُفْتَقِرْ، وَكَفَى بِاللهِ وَلِيَّا
، وَكَفَى بِاللهِ نَصِيْرَا، إِنَّ الشِرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمِ، 
وَمَا اللهُ يُرِيْدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادْ فَقُطِعَ دَابِرَالْقَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا 
وَالْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنِ

Hizib Saifi


إعمل فىثلث اللّيل

بسم الله الرّحمن الرّحيم

¨ إلىحضرة النّبيّ المصطفى سيّدنا ومولنا محمّد صلّى الله عليه وسلّم وعلى آله وصحبه وسلّم الفاتحة ,...

¨ وإلىحضرة جميع الصّحابة الأربعة خصوصا سيّدنا أبوبكر صدّيق , وخصوصاسيّدناعمر بن خطّاب , وخصوصاسيّدناعثمان بن عفّان , وخصوصاسيّدناعلى بن أبىطالب لهم الفاتحة ,...
¨ إلىحضرة جميع الأنبياء والمرسلين وآلهم وأصحابهم وجميع الملائكة المقرّبين وجميع الصّحابة والتّابعين والشّهداء والصّالحين والعلماء العاملين والمصنّفين والمؤلّفين وخصوصا إلىحضرة سيّدنا الشّيخ عبد القادر الجيلانى قدّس الله سرّهم لهم الفاتحة,...
¨ وخصوصاسيّدناعلى كرّم الله وجهه له الفاتحة,...
¨ خصوصا الشّيخ الحبيب علوى الحدّاد له الفاتحة,...


أشهد أن لاإله إلاّالله + وأشهد أنّ محمّدا رسول الله x113


إنّالله وإنّا إليه راجعون x113


قيّوم يرزق من يّشاء قوّة x113


لافتى إلاّعلى ولاسيف إلاّذاالفقر ولاموت إلاّبالأجل كلّ نفس ذائقة الموت x113


الله جبّار الله جدير x113


ياالله عبد الجبّار x113

Para Wali Melindungi dan Mengawasi Setiap Orang


Untuk melindungi mahluk-Nya dari masalah, Allah SWT mengutus para nabi untuk membawa orang-orang itu dibawah sayap-sayap mereka. Dan setelah Nabi Muhammad SAW, tidak ada lagi nabi. Dia adalah Nabi Terakhir. Dia memberikan kekuatan itu sebagai warisan kepada para wali; karenanya, walaupun kita hidup di suatu masa dimana tidak ada seorang nabi baru yang dilahirkan, para wali dilahirkan untuk melanjutkan ajaran para nabi.

Ada wali-wali atau orang-orang saleh untuk orang Islam, dan ada juga orang suci untuk orang non Islam. Jangan pernah berpikir bahwa Allah akan meninggalkan orang-orang non Islam. Jangan! Semoga Allah mengampuni kita. Ini tidak mungkin. Allah yang Maha Besar tidak akan mengijinkan. Allah memberi perintah dan ijin kepada Sayyidina Muhammad SAW, yang mewariskan statusnya sebagai pelindung kepada wali-wali tingkat tinggi, untuk membawa kedua-duanya, orang-orang Islam dan masyarakat non Islam dibawah sayap mereka.

Jika kalian pergi kesuatu samudera atau suatu kolam renang, dan kalian mempunyai seorang anak yang tidak mengetahui caranya berenang, akankah kalian menyuruhnya berdiri lalu mendorongnya kedalam air, dan mengatakan kepadanya untuk menyelamatkan dirinya sendiri? Bagaimana dia akan menyelamatkan diri? Dia akan tenggelam. Kita semua adalah anak-anak dihadapan Kebesaran Allah. Jadi, apakah kalian berpikir bahwa Allah akan meletakan kita didepan lautan atau kolam renang, mendorong kita kedalamnya, dan berkata, “Oh! Kamu harus menyelamatkan dirimu sendiri!”

Bagaimana kita bisa menyelamatkan diri kita? Keinginan jelek dari ego selalu menyerang kita. Setan juga menyerang kita. Bagaimana kita bisa menyelamatkan diri? Karena itulah mengapa Allah mengirimkan utusan-Nya, untuk mengajari kita bagaimana menyelamatkan diri. Dan jika kita tidak mampu menyelamatkan diri, apa yang akan mereka lakukan ketika seseorang terjatuh kedalam lautan atau kolam renang, apakah membiarkan orang itu berjuang sendiri dan tidak ada seorangpun datang menyelamatkannya? Apa yang akan terjadi?

Ketika paramedis datang apa yang mereka lakukan? Mereka menariknya keluar dan melakukan CPR. Mereka memberinya nafas buatan dan mengeluarkan air dari paru-parunya. Apakah kalian pikir para wali tidak dapat melakukan hal seperti itu, untuk orang-orang beriman dan orang-orang yang tidak beriman? Kalian pikir mereka tidak mengawasi orang-orang dan menyelamatkan mereka.

Semua orang di bumi ini diawasi atau dimonitor – jika hari ini semua orang diawasi oleh tehnologi modern, lalu apakah kalian pikir Tuhan tidak sedang mengawasi kita dan memberi kuasa kepada Rasulullah SAW, dan dari Rasulullah SAW kepada para wali untuk menyelamatkan orang? Untuk melakukan CPR terhadap mereka ketika perlu, atau membuat kejutan elektrik pada jantung mereka untuk menyadarkan mereka dan membuat mereka kembali sadar?

Pengawasan dan penyadaran itu pasti terjadi. Tetapi kita seperti orang-orang yang dibius, tidak sadar akan apa yang sedang dilakukan para wali pada hati kita. Mereka bekerja siang dan malam pada layar besar itu. Setiap rombongan ada disana. Setiap manusia ada dilayar itu. Kemudian, alat pencatat tingkah laku setiap orang muncul. Siapa yang diatas, siapa yang dibawah?

Dari hari pertama hingga hari terakhir kehidupanmu, mereka memeriksa tabel kalian! Apakah tabel itu sedang naik, sedang menurun atau melompat naik dan turun. Tanggung jawab untuk mengawasi diberikan kepada Nabi SAW, yang meminta beberapa penolong. Maka Allah SWT memberinya para penolong dan ahli waris untuk rahasia itu – Para Sahabat, lalu para wali, dan kemudian kepada murid-murid mereka.1

Saat ini, kalian akan menemui banyak orang yang akan berkata, “Aku milik syaikh ini atau syaikh itu atau syaikh itu.” Baiklah, untuk mengatakan hal seperti itu, tetapi mungkin syaikh itu tidak membawa rahasia. Rahasia tidaklah sederhana, dan tidaklah mudah. Ada banyak syaikh saat ini yang mengakui bahwa mereka memiliki kuasa, lalu para pengikut mereka tersesat. Ini adalah pemberian dan tanggung jawab yang mengagumkan, memiliki kekuatan dari Nabi SAW untuk mengawasi atau memonitor layar besar itu, untuk setiap orang yang telah ditentukan untukmu sebagai pengikut – untuk melihat apa yang dia lakukan setiap hari, dan mencoba untuk menjaganya tetap berada digaris kemenangan, bukan garis kegagalan. Ini merupakan sebuah tugas besar bagi seorang syaikh untuk memelihara para pengikutnya.

syaikh berkata bahwa tubuh manusia mempunyai 366 titik tekanan. Ketika murid-murid mereka membutuhkan pertolongan atau penyembuhan, dan ketika mereka diberikan ijin. Ini berlaku terutama pada Naqshbandi, yang tidak selalu menunjukan keajaiban kecuali dengan cara tersembunyi. Para wali bisa dengan mudah menekan titik-titik dan mengirimkan energi dari tangan mereka. Ini akan mengirim energi dan menghidupkan serta meremajakan lagi seluruh organ yang sakit, dengan tujuan agar organ itu bisa bergerak dan berfungsi secara normal.

Sebagai malaikat-malaikat yang bertanggung jawab untuk para pengikut mereka, para wali diberikan ijin oleh Nabi SAW untuk melihat dan mengawasi para pengikut mereka pada layar besar ini. Setiap pengikut mempunyai layar seperti itu, dan setiap orang dari mereka seperti sebuah pabrik atau perusahaan lengkap yang naik dan turun. Masing-masing tindakan individu akan ditempatkan pada layar itu setiap hari. Dan syaikh mengawasinya. Karena syaikh mengawasi kegiatan harian mereka – dia mungkin akan campur tangan ketika melihat sesuatu yang salah – memotivasi murid untuk kembali kepada kebenaran.

Syaikh bisa menciptakan sebuah perjuangan atau konflik untuk muridnya di kehidupannya, dan kemudian mengawasinya untuk melihat apakah dia marah atau tidak. Jika kalian tidak marah dan sabar, dengan segera mereka bisa tidak memperhatikan tindakan tidak baikmu; lalu tabelmu akan naik lebih tinggi – petunjuk akan muncul kembali.

Rabu, Januari 18

HAYLUSYIN

Diterjemahkan dari kitab Jawahirul Lama'ah (Ustadz Kabir As-Syeikh Abu Hayyilahi Al-MArzuqi hal 99)

Apabila Anda ingin menarik Khodam Aunul Muti' ( Penolong Yg Taat ) laksanakanlah tata cara di bawah ini :


1. Berpuasa 3 Hari yang di mulai Hari Selasa [bila ruuhin]
2. Membaca HAYLUSYIN 1500 x setiap selesai Sholat Fardhu
3. Setiap membaca HAYLUSYIN anda haruslah membakar Bukhur  Cendana merah atau gaharu

Dimalam Jum'at akan hadir seorang Khodam yg berwujud seseorang yang bagus rupa , Khodam tersebut memberikan perjanjian pada apa- apa yang menjadi hajat anda, Khodam tsb sanggup membantu pada semua hajat anda sehingga makanan & minuman pun sanggup dia sediakan kalau anda memintanya. inilah Ilmu menarik Khodam yg paling mudah dengan hanya membaca HAYLUSYIN.

melihat Rasulullah SAW didalam tidur

Sholawat Sayyid Jamaludin Abu Mawahib Asy-Syadzily Ra.

Beliau adalah termasuk orang-orang pilihan yang agung. Beliau berkata,” Saya pernah melihat Rasulullah SAW didalam tidur , lalu beliau SAW berkata kepadaku “ Bacalah olehmu ketika hendak tidur…

Bismillahir rahmanir rahiim. 5x

A’udzubillahi minasy-syaithonnir rajiim.5x

Allahumma bihaqqi Muhammadin arinii wajha Muhammadin haalaan wa maalaan.5x


Apabila engkau membacanya ketika hendak tidur , maka aku akan mendatangimu dan aku tidak akan meninggalkanmu sama sekali. “ Lalu beliau menuturkan “ alangkah indahnya bentuk bacaan ini dan juga artinya bagi orang yang mempercayainya, terlebih lagi jika engkau menambahinya dengan bacaan sholawat dan salam kepada Nabi SAW.” (Ini Mujarab Shohih).

pohon ma'rifat

Syeikh Ahmad ar-Rifa’y
Rasulullah Saw bersabda:
“Aku datangi pintu surga di hari qiyamat, lalu aku dibukakan. Maka sang penjaga syurga bertanya, “Siapa anda?”
Aku katakan, “Muhammad,”. Lalu dia berkata, “Demi dirimulah aku diperintahkan agar tidak membuka (pintu syurga) bagi siapa pun sebelum dirimu…”
Ahlul Ilmi Billah (para Ulama Billah) telah mengetahui bahwa syurga adalah pintu kebajikan Ilahi yang abadi. Tidak akan dibuka kecuali dibuka oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw, dan dialah sang pembuka bagi kebaikan dunia dan akhirat. Mengetahui akan perilakunya merupakan rahasia pengetahuan pada Allah Ta’ala. Siapa yang ingin dibukakan pintu-pintu kebaikan dunia dan akhirat, ia harus menggantung pada nya. Karena disana tersembunyi rahasia ma’rifat.
Hakikat ilmu ma’rifat
Ilmu ma’rifat adalah ilmu tentang Allah Ta’ala. Yaitu Cahaya dari Cahaya-cahaya Yang Maha Agung, dan perilaku dari berbagai perilaku utama.
Dengan pengetahuan ma’rifat itu Allah memuliakan hati para cendekiawan, kemudian Allah merias dengan keindahanNya yang bajik, dan keagunganNya.
Dengan ma’rifat pula, Allah mengistemewakan ahli kewalian dan pecintaNya.
Dengan ma’rifat Allah memuliakannya di atas seluruh ilmu mana pun. Manusia, mayoritas alpa atas kemuliaan ma’rifat, bodoh atas kelembutan-kelembutan ma’rifat, lupa atas keagungan getarannya, apalagi mereka juga lupa atas makna-makna terdalamnya, yang tak akan ditemui kecuali oleh orang yang memiliki hati yang berserasi denganNya.
Ilmu ma’rifat ini merupakan asas, dasar, dimana seluruh ilmu pengetahuan dibangun. Dengannya pula kebajikan dua rumah dunia dan akhirat tergapai, kemuliaan terengkuh.
Dengan ilmu ma’rifat, aib-aib diri terkuak. Anugerah Ilahi dikenal, keagunganNya diketahui, begitu pula keparipurnaan KuasaNya.
Dengan ilmu ma’rifat itu, rahasia hamba terbang dengan sayap-sayap ma’rifat, dalam kelembutan sutera Qudrat, berjalan menuju pangkal kemuliaan. Berwisata di taman Al-Quds. Maka seluruh ilmu manakala tidak ber[padu dengan ma’rifat tidak pernah sempurna. Dan amal perbuatan tidak akan rusak kecuali jika mailmu ma’rifat itu sirna. Tidak ada yang menghuni pengetahuan itu kecuali hati yang dipandang oleh Allah Ta’ala, dengan pandangan Kasih dan Sayang. Kemudian Allah menteskan hujan penghayatan pemahaman yang dalam, lalu menabur aroma yaqin dan kecerdasan. Allah menjadikannya sebagai tempat akal dan firasat, menyucikannya dari kotoran kebodohan dan kealpaan, meneranginya dengan dian-dian ilmu dan hikmah. Allah swt berfirman:
Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dari kalian, dan orang-orang yang diberi ilmu (tentang Allah).
Setiap arif pastilah takut penuh rasa cinta dan bertaqwa menurut kadar pengetahuannya pada Allah ta’ala, karena firmanNya:
“Sesungguhnya yang takut penuh cinta pada Allah dari hamba-hambaNya adalah para Ulama (billah)”.
Dengan cahayaNya godaan syetan bisa dikenal, sekaligus bisa menjadi pertahanan atas tindak maksiat dan dosa, peringatan bagi bencana-bencana hasrat.
Allah swt, berfirman:
“Bukankah orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah bagi Islam adalah orang yang berada dalam pancaran cahaya Tuhannya?”
“Siapa pun yang Allah tidak menjadikan baginya cahaya, maka baginya tidak mendapatkan cahaya.”
Dalam hadits dijelaskan, “Sebagian ilmu ada yang seperti perbendaharaan terpendam, dimana tidak diketahui kecuali oleh ahlul ilmi (Ulama) Billah, dan tidak diingkari kecuali oleh kalangan yang terkena tipudaya.
Ada seseorang datang kepada Nabi saw, lalu bertanya, “Amal apakah paling utama?” Nabi saw, menjawab, “Mengetahui Allah.”
Hamba-hamba utama
Diriwayatkan bahwa Nabi Musa as, bermunajat, “Ya Tuhan, manakah hamba-hamba paling banyak kebajikannya dan paling tinggi derajatnya dihadapanMu?” Allah menjawab, “Yang paling mengetahuiKu…”
Imam ali bin Abi Thalib Karromallahu wajhah mengatakan, “Orang yang paling tahu kepada Allah, adalah yang paling dahsyat pengagungannya, karena menghormati Laa Ilaaha Illallah…”
Abu ad-Darda’ ra, menegaskan, “Siapa yang bertambah ilmunya tentang Allah, aka akan bertambah rasa malunya…”
Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala memberikan wahyu kepada Nabi Dawud as,
“Wahai Dawud, engkau tahu ilmu yang bermanfaat?”
“Oh Tuhanku, apakah ilmu yang bermanfaat itu?” jawab Dawud.
“Hendaknya engkau mengenal KebesaranKu, KeagunganKu, KetaktertandingiKu, dan Kesempurnaan KuasaKu atas segala sesuatu. Itulah yang membuatmu dekat padaKu. Dan Aku tidak menyilakan orang yang bertemu denganKu dengan kebodohan…” jawab Allah Ta’ala.
Muhammad bin al-Fadhl as-Samarqandy ra, ditanya, “Apakah yang disebut mengetahui Allah itu?”
“Hendaknya anda melihat bahwa ketentuanNya pada makhluk itu pasti, segala mudharat, manfaat, kemudliaan dan kehinaan itu dariNya. Dan anda melihat diri anda hanya untuk Allah. Segala sesuatu ada di GenggamanNya. Jangan memilih pilihan dari dirimu, bukan pilihanNya, dan anda berbuat benar-benar hanya bagi ikhlas Allah.” Begitu beliau menjawab.
Hai anak-anakku sekalian…tekunlah dalam menggali ilmu rahasia. Anda harus membenci dunia, dan kenalilah kehormatan orang-orang saleh. Hukumi perkaramu untuk kematian.Allah Ta’ala berfirman:
“Dan katakanlah, “Tuhanku, tambahilah diriku ilmu..”
“Dan Allah memberikan ilmu padamu, pengetahuan yang belum pernah engkau tahu.”
“Dan Kami telah memberikan pengajaran ilmu kepadanya dari Sisi Kami.”
“Orang-orang yang berjuang tekun di dalam Kami, maka Kami bakal memberikan petunjuk jalan-jalan kami…”
Betapa banyak orang yang meriwayatkan hadits, tetapi dia bodoh terhadap Allah.
Sesungguhnya ilmu ma’rifat itu merupakan anugerah Allah Ta’ala, diberikan olehNya kepada orang yang dipilih dari makhlukNya, dan dipilihnya untuk dekat denganNya.
Dalam hadits disebutkan, “Ilmu itu ada dua: Ilmu ucapan, yaitu argumentasi Allah atas hamba-hambaNya. Dan ilmu hati, yaitu ilmu yang tinggi, dimana seorang hamba Allah tidak pernah meraih rasa takut nan cinta pada Allah, kecuali dengan ilmu itu.”
Beliau nabi saw, juga bersabda:
“Yang paling dalam rasa takut dan cintanya kepada Allah adalah yang paling mengenal Allah.”
Derajat Ulama
Sufyan At-Tsaury mengatakan: Ulama itu terbagi jadi tiga:
Orang alim yang tahu perkara Allah, tetapi tidak tahu Allah. Itulah alim yang dusta, yang tidak layak baginya kecuali neraka!
Orang alim yang mengenal Allah, tetapi tidak mengenal perkara Allah, itulah alim yang masih kurang.
Orang alim yang mengenal Allah, mengenal perkara Allah, itulah yang disebut Ulama sempurna.
Sebagaian orang arif ditanya, “Apa jalan ma’rifat pada Allah itu?”
“Allah tidak dikenal dengan segala sesuatu. Tetapi segala sesuatu dikenal melalui Allah, sebagaimana Dzun Nuun al-Mishry ra, mengatakan, ‘Aku mengenal Allah melalui Allah, dan mengenal selain Allah melalui Cahaya Allah.” Jawabnya.
Nabi Ibrahim as, bermunajat, “Ilahi, jika bukan karena Engkau, bagaimana aku mengenal siapa DiriMu..”
Hal senada juga disampaikan Rabiah al-Adawiyah, ketika bertanya kepada Dzun Nuun al-Mushry ra, “Bagaima engkau kenal Allah?”
“Allah melimpahi rizki rasa malu padaku, dan memberikan pakaian muroqobah padaku. Ketika aku susah dengan musibah, aku mengingat kebesaran Allah, lalu aku sangat malu padaNya..”, jawab Dzun Nuun.
Pohon Mari’fat
Metafora Ma’rifat itu seperti pohon yang memiliki enam cabang. Akarnya kokoh di bumi yaqin dan pembenaran, dan cabang-cabangnya tegak dengan iman dan tauhid.
Cabang pertama, Khauf (rasa takut) dan Raja’ (harapan pada anugerah-rahmatNya) yang disertai dengan cabang perenungan.
Cabang kedua, berlaku benar dan serasi dengan kehendak Allah, yang disertai dengan cabang Ikhlas.
Cabang ketiga, Khasyyah (takut penuh cinta) dan menangis, yang disertai dengan cabang Taqwa.
Cabang keempat, Qana’ah (menerima pemberian Allah) dan ridlo, yang disertai cabang Tawakkal.
Cabang kelima, Pengagungan dan rasa malu yang disertai dengan cabang ketentraman.
Cabang keenam, Istiqomah dan berselaras dengan Allah yang disertai dengan cabang cinta dan kasih.
Setap cabang dari masing-masing akan bercabang pula sampai tiada hingga dalam jumlah kebajikan, dalam tindakan benar dan perbuatan, kemesraan berdekat –dekat dengan Allah, kesunyian Qurbah, kebeningan waktu dan segala sepadan yang tak bisa disifati oleh siapa pun jua.
Di setiap cabang yang ada akan berbuah berbagai-bagai, yang satu sama lainnya tidak sama, rasanya, yang di bawahnya ada cahaya-cahaya taufiqNya, yang mengalir dari sumber anugerah dan pertolonganNya. Dalam hal ini manusia berpaut-paut dalam derajat dan berbeda-beda dalam kondisi ruhani.
Diantara mereka :
Ada yang mengambil cabangnya saja, tapi alpa dari akarnya, tertutup dari pohonnya dan tertirai dari rasa manis buahnya.
Ada yang hanya berpegang teguh pada cabangnya belaka.
Ada yang pula yang berpegang pada akar aslinya, dan meraih semuanya (pohon, cabang dan buah) tanpa sedikit pun menoleh pada semuanya, tetapi hanya memandang yang memilikinya, Sang Penciptanya.
Siapa yang tak memiliki cahaya dalam lampu pertolongan Ilahi, walaupun telah mengumpulkan, mengkaji semua kitab dan hadits, kisah-kisah, maka tidak akan bertambah kecuali malah jauh dan lari dari Allah, sebagaimana keledai yang memikul buku-buku.
Ada seseorang yang datang kepada Imam Ali Karromallahu Wajhah:
“Ajari aku tentang ilmu-ilmu rahasia…”pintanya.
“Apa yang kau perbuat perihal ilmu utama?” kata Sayyidina Ali.
“Apakah pangkal utama ilmu?” orang itu balik bertanya.
“Apakah kamu mengenal Tuhanmu?” Tanya beliau.
“Ya..” jawabnya.
“Apa yang sudah kau lakukan dalam menjalankan kewajibanNya?”
“Masya Allah…” jawab orang itu.
“Berangkatlah dan teguhkan dengan itu (hak dan kewajiban), jika kamu sudah kokoh benar, kamu baru datang kemari, kamu akan saya ajari ilmu-ilmu rahasia…” Jawab beliau.
Ada yang mengatakan, “Perbedaan antara ilmu ma’rifat dan ilmu lainnya adalah seperti perbedaan antara hidup dan mati.